NATUNA, jendelakepri.com – Enam Kecamatan di Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna menjadi gelap gulita sejak 10 Mei lalu. Pasalnya, pasokan listrik di wilayah tersebut tidak memadai.
Manager Unit Layanan Pelanggan (ULP) PLN Ranai, Boni Sofianto mengatakan, Pulau Bunguran memiliki daya listrik sekitar delapan Megawatt. Namun ada dua mesin generator yang rusak sehingga kekurangan pasokan listrik sekitar dua Megawatt.
“Kami sekarang mengalami dua unit mesin yang rusak di Pian Tengah dan Ranai. Sehingga daya mampu kita berkurang dua Megawatt. Sedangkan daya puncak kita di malam hari 7,4 Megawatt,” ujar Boni Sofianto, Jumat (12/05/2023).
Boni menuturkan, kedua mesin yang rusak tersebut terjadi pada 15 April dan 10 Mei lalu. Saat ini pihaknya masih melakukan perbaikan pada mesin yang rusak itu.
“Mesin rusak tanggal 15 April di Pian Tengah dan 10 Mei lalu di Ranai. Sekarang sudah dilakukan perbaikan. Target tanggal 15 mendatang selesai untuk mesin di Pian Tengah,” katanya.
Menurut Boni, akibat pasokan listrik yang kurang memaksa pihaknya untuk melakukan pemadaman secara bergilir pada enam kecamatan yang ada di Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna. Pemadam tersebut dilakukan maksimal tiga jam dan dibagi menjadi lima kelompok pemadaman.
“Kalau siang ketika cuaca panas, kami harus memadamkan listrik. Padamnya listrik maksimal tiga jam. Kami bagi lima kelompok pemadaman listrik,” katanya.
Boni melanjutkan, saat ini pasokan listrik di Pulau Bunguran sebesar delapan Megawatt yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Namun pasokan tersebut belum optimal karena dalam keadaan status siaga.
Pasokan listrik di Pulau Bunguran akan aman jika tersedia daya 10 Megawatt. Daya tersebut akan disalurkan pada enam kecamatan di Pulau Bunguran.
“Minimal kita butuh 2 Megawatt. Itu belum termasuk kebutuhan untuk pengembangan investasi di Natuna,” tuturnya.
Enam Kecamatan yang gelap gulita tersebut yakni Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Tengah, Bunguran Selatan, Bunguran Timur Laut, Bunguran Utara, dan Bunguran Batubi.
Pemerintah Pusat diharapkan untuk segera memenuhi daya listrik tersebut. Jika listrik di Natuna dalam keadaan siaga, maka kegiatan dan pertahanan di Natuna tidak optimal.
Selain untuk masyarakat, pasokan listrik tersebut juga digunakan untuk penguatan sistem pertahanan di Natuna. Pasalnya akan ada pembangunan markas TNI, Gugus Tempur Laut (Guspurla), Badan Keamanan Laut (Bakamla) dan lainnya yang membutuhkan listrik untuk alat utama sistem persenjataan (Alutsista).