Batam, jendelakepri.com – Membaca adalah usaha semesta mencerdaskan bangsa. Terdengar gagah karena ternyata membaca dikaitkan dengan mencerdaskan, kekuatan tulisan yang direkam oleh otak akan disimpan dalam memori untuk menjadikan manusia makhluk pembelajar.
Melatih otak agar selalu menjalankan fungsinya secara sempurna juga menjadi faedah membaca yang utama, hal ini dikarenakan saat membaca otak dituntut untuk berfikir, menganalisis berbagai masalah, mencari solusi hingga menemukan hal-hal atau wawasan baru. Ini semua melatih sel-sel otak terus memaksimalkan potensinya.
Dilansir dari mediaindonesia.com ada sebelas manfaat membaca selain melatih otak, yaitu membuat orang yang membaca buku memiliki konsentrasi yang baik, menumbuhkan kemampuan menulis, memberikan ketenangan,membangun kepercayaan diri,meningkatkan kedisplinan, menambah pengetahuan, mengetahui informasi teraktual,menjauhkan dari penyakit Alzheimer, meredakan strees dan mengembangkan pola tidur sehat. Semua ini bisa saja anda dapatkan jika aktivitas membaca rutin dilakukan. Tetapi, apakah “membaca” saja cukup untuk meraih ke dua belas manfaat tersebut? Cara membaca yang bagaimana bisa menunjang manfaat tersebut dirasakan?
KINERJA MATA DAN OTAK
seorang pasien menanyakan di alodokter.com, bagaimana mekanisme kerja mata dan otak saat membaca. Ini menentukan apakah bacaan tersebut bisa mendapatkan hasil/ makna bagi individu.
Ternyata, melihat, membaca, dan mengerti makna bacaan merupakan proses yang berbeda-beda dan sangat komplek serta saling berkaitan satu sama lain.
Utamanya untuk bisa membaca tentunya kita perlu jarak penglihatan yang baik. Cahaya dari objek yang dilihat/baca akan masuk melalyi kornea ke pupul dibiaskan lensa kemudian jatuh tepat diretina diterskan oleh nervus optikus dilanjutkan implus diterskan ke jaras penglihatan kiasma optikum-traktus optikus-nukleus genikulata lateral kemudian menjadi optic radiation lalu ke korteks visual di otak.
Sampai di otak, semua diolah dan menjadi memori individu tsb, sederhana nya seperti itu.
Membaca termasuk complex skill yang dimiliki manusia dan berkembang secara berbeda di tiap manusia karena melibatkan berbagai fungsi kemampuan atau daya otak manusia itu sendiri.
Sudah paham makna membaca mencerdaskan bangsa?
MENGAPA BUKU FISIK?
Ketika ditugaskan menulis artikel tentang Pendidikan dan motivasi, di kepala saya banyak terputar ide-ide Pendidikan Indonesia yang minim literatur dan bobroknya budi pekerti gen z (rata-rata) dikarenakan pelajaran PPKN atau kewarganegaraan di tiadakan sejak juli 2022 (detik.com).
Bukan apa, pesatnya teknologi dan mudahnya diagnose mandiri yang berhubungan dengan mental membuat generasi di era ambang 5.O terkesan “lemah” atau strawberry; kreatif nan Rapuh.
Penyebab-penyebab “lemah”nya mental ini pastinya disumbang sebagian besar oleh media social aka. Teknologi. Membandingkan diri dengan konten flexing, informasi hoaxs, dan paparan radiasi gelombang elektromagnetik serta blue light mengakibatkan masalah kesehatan seperti kurang kosentrasi, pusing, kelelahan, mata pedas hingga susah tidur. Dan lebih fatal lagi jika paparan elektromagnetik ini melebihi batas normal akan memicu penyakit Alzheimer sampai kanker otak.
Di era digital ini, koran, majalah dan buku kini digantikan oleh teknologi digital, umunya orang memandang ponselnya. Meskipun sama-sama memberi manfaat literasi, tetapi buku fisik mempunyai sensasi sendiri dan pengalaman unik yang tidak tergantikan.
Selain itu menurut psychologytoday.com, penelitian menunjukan bahwa buku fisik memberi pemahaman membaca jauh lebih baik, sekitar enam hingga delapan kali lipat dibandingkan dengan buku digital.
Ini didukung dengan alasan ditraksi yang bisa saja dialami oleh individu yang membaca buku digital, cendrung ingin menelusuri media social, iklan atau muncul pesan sering menghambay retensi memori dan konsentrasi.
Korelasi antara maanfaat membaca buku fisik dan kesehatan otak bisa dibilang sangat berkaitan erat, Membaca buku fisik memungkinkan otak untuk menyimpan informasi dengan lebih baik, melibatkan semua panca indra dan interaksi social fisik, seperti bersentuhan dengan kertas, interaksi dengan penjual, mencium aroma buku, dan tentunya baik untuk otak karena minim radiasi.
MEMUNCULKAN MINAT MEMBACA BUKU FISIK DITENGAH GENCARAN E-BOOK
Tahu petuah “Semua tergantung niat?” inilah yang menjadi pondasi minat membaca buku fisik. Berawal dari kesadaran dan niat dalam diri untuk mencoba memulai membaca satu buku saja pebulannya, kemudian mempertahankan niat tersebut sehingga bab demi bab habis terbaca dengan seksama. Memunculkan minat bukan saja dari niat. Tetapi memilah buku yang “ingin” di baca, seperti yang disukai dan bisa saja bergenre apa saja asal mau membacanya.
Ditengah gencaran e-book dan ketergantungan manusia dengan media social serta stamina membaca yang berubah memang menjadi tantangan tersendiri untuk membaca buku fisik. Perlu adanya komitmen diri agar menyisihkan waktu beberapa jam untuk membaca dalam 24 jam waktu kita.
Apabila serasa sulit menghindar dengan ditraksi notifikasi social media dan seribu alasan lain untuk tidak membaca buku fisik. Kita bisa meletakkan smartphone jauh daripada sudut literasi, pastikan cahaya dan tempat duduk ketika membaca nyaman dan bisa saja sambil mendengarkan music cozy yang memainkan instrument relaxing pendukung konsentrasi untuk membaca. Jika niat dan ingat manfaat membaca buku fisik bagi kesehatan otak dan memulai membaca dari jenis buku yang kita sukai, setidaknya hari ini kita telah melakukan 1% mengoptimalkan sel otak.
CATATAN UNTUK PENULIS
Gempuran teknologi serta e-book membuat minat membaca buku fisik minim. Ini menjadi hal yang sangat disayangkan karena ketergantungan paparan teknologi juga ”memperlemah” pengotimalan sel otak.
Dizaman yang serba berwarna, penulis setidaknya mempunyai cara “bertutur” yang ria,ringan dan menarik, disisi menciptakan tulisan yang mencerdaskan, juga dituntut kreatif dalam penulisan.
Mengemas tulisan dalam bentuk monoton hanya akan membuat kecendrungan rasa bosan timbul karena generasi saat ini menyukai visual yang menarik. Bagi penulis, inovasi menulis dengan menambahkan beberapa ilustrasi berwarna untuk mempertegas alur cerita(tulisan) menjadi salahsatu solusi menarik minat baca manusia di era ini.
Meskipun membaca buku digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan, membaca buku fisik tetap memiliki nilai dan pentingnya sendiri. Mempunyai korelasi yang erat dengan kesehatan mata dan otak. Membaca buku fisik juga menawarkan kebiasaan baik untuk gaya hidup sehat.
Sri Azizah,
April 2024